Sajak | Cinta yang Terbalik Arah
Di bawah langit yang kian memudar warnanya,
matahari terbenam membawa bayang-bayang kita.
Angin dingin berhembus, menusuk relung jiwa,
namun cinta yang dulu hangat kini hanya mimpi belaka.
Bunga-bunga di taman layu dalam diam,
seperti harapan yang perlahan sirna tanpa nama.
Embun yang jatuh di pagi hari tak lagi bening,
ia bagai air mata yang menetes dari luka mendalam.
Gunung yang dulu kokoh kini retak di sisi,
melambangkan janji-janji yang rapuh dan hampa.
Lautan yang biru pun kini kelabu dan muram,
ombaknya memukul karang, seolah mengutuk waktu yang salah.
Pohon-pohon rindang kini kehilangan daunnya,
tersapu angin yang membawa kenangan pahit bersama.
Burung-burung yang dulu bernyanyi di dahan,
kini terbang menjauh, meninggalkan kesunyian abadi.
Cinta itu seperti api yang tak mampu menyala,
dinyalakan oleh hati yang tak pernah sepaham.
Ia adalah cermin yang pecah dalam genggaman,
menyisakan serpihan tajam yang sulit dirangkai kembali.
Meski kata-kata manis masih terucap di bibir,
namun maknanya telah hilang, tiada lagi arti.
Cinta yang dulu kita banggakan begitu tinggi,
kini menjadi ironi yang terpahat dalam sepi.

Posting Komentar untuk "Sajak | Cinta yang Terbalik Arah"