Sajak | Cinta dalam Bisu Angin
Cinta dalam Bisu Angin
Di bawah langit kelabu yang meratap pilu,
daun-daun berguguran, menari dalam rindu.
Angin berbisik lembut di ujung senja,
mengusung cinta yang kini tiada.
Awan hitam menyelimuti hati yang sepi,
seperti laut yang gelisah tanpa tepi.
Bulan pun malu memandang bayangnya sendiri,
menyimpan luka yang tak mampu terkatakan lagi.
Hujan turun bagai air mata yang tertahan,
memeluk bumi dengan dingin dan pedihannya.
Setiap tetesnya adalah kenangan yang terluka,
mengalir perlahan ke dasar jurang sunyi.
Gunung pun ikut merunduk dalam diam,
menyembunyikan duka di balik kabut kelam.
Pohon-pohon tua merintih di sisi jalan,
seakan mengenang janji yang tak sampai tujuan.
Cinta itu seperti embun di pagi buta,
indah sesaat, lalu lenyap tanpa kata.
Ia bagai burung yang tak bisa terbang tinggi,
terbelenggu oleh mimpi yang tak pernah nyata.
Namun di sudut hati masih ada secerca harapan,
bagaikan pelangi setelah badai berlabuh tenang.
Meski cinta ini terkubur dalam bisu waktu,
namanya kan selalu hidup di antara desau angin biru.

Posting Komentar untuk "Sajak | Cinta dalam Bisu Angin"