Fiksi Mini dengan Judul
Kumpulan Fiksi Mini dengan Judul
Sampul Buku yang Sama
Kami tak pernah bicara, tapi kita selalu membawa buku dengan sampul yang sama. Aku menyukai buku itu karena dia juga suka. Dan sekarang aku ragu— Apakah dia memilih buku itu karena aku?
---
Nomor Cadangan di Daftar Kontak
Aku menemukan namanya di kontak ponselmu: "Aku (Cadangan)" Aku ingin bertanya, "nomor kontak utamamu siapa?" Tapi aku khawatir jawabannya bukan aku.
---
Jas Putih di Pagi Ujian
Dia memberiku jas hujan putih-nya saat hujan deras di hari ujian. "Aku nggak mau kamu sakit." Ucapnya, sekarang jas itu masih tersimpan rapi di lemari. Dan aku masih mencium parfum mu setiap malam.
---
Duduk Bersebelahan Saat Studi Tour
Kami duduk bersebelahan di bis studi tour. Dia mengantuk, lalu kepalanya jatuh di bahuku. Aku tak ingin menggangu tidurnya hingga sampai. Aku senang.
---
Lagu yang Tidak Dijeda
Dia bilang lagu favorit kami sedang stuck di playlistnya. "Udah diputar terus dari kemarin," katanya. Aku pura-pura cuek. Padahal, lagu itu juga sedang stuck di hatiku.
---
Takdir Halaman 23
Di rak buku usang, kami bertubrukan—dia menjatuhkan masa laluku, aku menemukan masa depannya. Satu halaman rusak, cinta tak terbaca. Kini, kami sering ‘terlupa’ di sana.
---
Di Bawah Payung yang Sama
Hujan deras. Kami berbagi payung. Ia basah kuyup—karena aku sengaja miringkan payung. Sekarang, kami selalu kehujanan bersama.
---
Kursi Kosong di Kereta
Aku duduk di kursi kosong. Dia datang, “Maaf, semua penuh.” Ucapnya duduk disampingku. Sampai stasiun tujuan, kami hanya saling pandang. Sekarang, kami selalu memesan dua kursi—meski hanya untuk satu hati.
---
Pura-pura Salah Nomor
SMS-nya: “Ini siapa?”
Aku balas: “Orang yang sedang menunggu jodoh.”
Dia: “Kalau begitu, kita lanjutkan saja. Aku tersesat di kontakmu sekarang.”
---
Antrian Kopi Pagi
Sering kita berdiri bersebelahan, memesan kopi. Suatu hari, dia tidak datang. Aku pesan dua. Sejak saat, ia selalu ada di antrian yang sama.
---
Jaket yang Tertinggal
Dia lupa jaket di kursi. Aku simpan. Besok, dia kembali—tanpa jaket. “Aku kira, ini alasan untuk datang lagi,” katanya. Kini, jaket itu selalu hangat di kursiku.
---
Obrolan Terakhir
Kami bertemu di rumah duka. Aku melayatnya, dia menangisi ayahnya. Ternyata, nomor yang kukirimi puisi semalam adalah miliknya. Dia berduka, Aku terharu. Dia karena kehilangan ayah, aku karena baru tahu bahwa dia ada.
---
Sama-sama Terbang
Kami janji bertemu di udara—dia naik balon wisata, aku di pesawat transit. Terbang beda langit, tapi lihat awan sama. Ia kembali turun. Aku terbang tanpa arah.
---
Surat untuk Diri Sendiri
Aku menulis surat cinta tanpa nama pengirim. Dia menerimanya di kotak surat. Bertahun-tahun ia cari siapa yang menulis, sampai akhirnya kutemui dia—sedang meletakkan surat itu di kotak yang sama.
---
Pertemuan di Galeri Seni
Dia mengagumi lukisan wajah karyaku. Aku tersenyum. Padahal itu foto mantannya yang hilang. Kami jadian, sementara lukisan itu diam-diam memandang.
---
Kursi Kosong di Pelaminan
Aku datang ke pernikahannya—hanya untuk melihat dia sendirian di pelaminan, calon mempelai pria tak kunjung datang. Ku dekati lalu kupegang tangannya. “Maukah kau menikah denganku?” Ia menangis. Aku juga.
***

Posting Komentar untuk "Fiksi Mini dengan Judul"